Selasa, 20 September 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah.

Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat

  1. Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas.

Salah satu teknik menyadari dan melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

apa itu STOP bisa disimak pada video link berikut ini:

Video Koneksi antar materi modul 2.2

PPT Koneksi Antar Materi

MODUL AJAR TERITEGRASI DENGAN PSE


Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017). Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah.


Mulai dari pengajaran secara eksplisit di kelas hingga kemitraan dengan keluarga dan komunitas untuk terus mengupayakan proses kolaboratif dan berkelanjutan. Indikator penerapan KSE:

KELAS

Pengajaran  eksplisit:Secara khusus, muurid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai  dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki

Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik,  musik, seni, dan pendidikan jasmani
Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan.

SEKOLAH

Iklim kelas dan sekolah yang mendukung: Lingkungan belajar  di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas

Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat

Kebijakan yang mendukung:
Kebijakan dan praktik pendisiplinan dengan instruksi yang jelas, restorative, sesuai dengan perkembangan anak dan diterapkan secara adil

Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan:
Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dengan mulus ke dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan menyediakan kesempatan untuk  memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi

KELUARGA & KOMUNITAS

Pelibatan kemitraan dengan orangtua:
Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan berkolaborasi untuk  mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik, murid

Kemitraan dengan komunitas:
Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah

Terbentuk sistem dalam upaya peningkatan berkelanjutan:
Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk memantau progress menuju tujuan dan terusmeningkatkan semua system, praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan

Penerapan pembelajaran sosial dan emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas.  Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi dan gotong royong, keluarga, sekolah, dan komunitas  bersama-sama  mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid-murid kita.


Selasa, 06 September 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 CGP Angkatan 5 Tahun 2022

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara juga merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, jadi dengan demikian pendidikan adalah pondasi dasar untuk membangun suatu kebudayaan atau peradaban atau dengan kata lain untuk menghasilkan insan-insan yang berbudaya atau beradab pendidikan adalah kunci utamanya. Pendidikan menjadi tempat utama untuk  berlatih dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang harus diteruskan dan diwariskan dari generasi kegenerasi.

Dasar Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

  1. Tuntunan
  2. Kodrat Alam dan Zaman
  3. Budi Pekerti 
  4. Bermain
  5. Pendidikan Berpihak pada Anak 

Berdasarkan konsep pendidikan menurut  Ki Hajdar Dewantara kita dalam mendidik harus memandang pada keberagaman dan keunikan dari masing-masing anak didik, melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada anak sehingga anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Kesepakatan kelas menjadi satu bagian penting dalam upaya melaksanakan pendidikan yang memerdekakan. 

 Adapun proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara secara konkret yang telah saya terapkan baru terbatas pada kebebasan dalam menentukan pengerjaan tugas yang sesuai dengan potensi masing-masing siswa, namun itu pun belum  konsisten, ke depannya  hal yang dapat saya terapkan dengan lebih baik di kelas, dimulai dari tahap awal, yaitu:

  1. Membuat rancangan assesment diagnostik awal untuk membuat pemetaan akan potensi siswa.
  2. Membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan hasil asessment yang diberikan
  3. Melaksanakan pembelajaran sesuai rancangan.
  4. Memberikan variasi asessment yang sesuai dengan potensi siswa, dan tidak lupa membuat kesepakatan kelas dan rancangan permainan dalam pembelajaran. 

Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.


Nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah

  • Mandiri : Termotivasi dan mengembangkan diri meningkatkan kompetensi sebagai guru sesuai dengan kodrat zaman, tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain
  • Berpihak pada murid : berusaha mengenal bakat, minat dan gaya belajar murid secara holistik sehingga dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang menyenangkan.
  • Reflektif : Dapat membantu mengubah pengalaman menjadi proses pembelajaran yang memberdayakan baik individu maupun kelompok dalam meningkatkan dan mengungkap potensi saya, membuka diri dalam menerima kekurangan dan kelemahan diri dalam proses pembelajaran dan mau memperbaikinya dan menerima kritik dan saran baik dari peserta didik maupun teman sejawat.
  • Kolaborasi : bekerjasama dan menggerakkan rekan sejawat untuk menerapkan filosofi pendidikan sesuai cita-cita KHD.
  • Inovatif: Berusaha mencari strategi atau cara baru dalam menyampaikan materi pada peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan jamannya.

Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing.



Menginventarisasi aset-aset yang dimiliki untuk mewujudkan visi, mulai dari diri sendiri, siswa, orang lain kepala sekolah, guru, tendik, pengawas, benda sarpras, ekosistem sekolah, dan Lembaga. Setelah memperoleh gambaran aset yang dilimiki, saya belajar menyelami kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki oleh tiap aset, beserta fungsi tiap kekuatan tersebut dalam mewujudkan visi. Dengan mempelajari pemetaan aset, kekuatan, dan fungsinya dalam mewujudkan visi, saya memperoleh pembelajaran seberapa besar kekuatan pendukung dan bagaimana mengelola aset dalam mewujudkan visi. Pembelajaran ini juga memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, menarik, menantang, dan kolaboratif.

Dalam mewujudkan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid, sesuai dengan Kodrat alama dan zamannya. Seorang Guru haruslah memahami cara kerja otak, kebutuhan dasar, dan tahap perkembangan peserta didik. Serta mampu mengimplementasikan nilai nilai guru penggerak dalam menjalankan peran guru penggerak sesuai dengan visi yang sudah di buat melalui proses BAGJA.

Melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA maka peran penting guru dalam mewujudkan “murid merdeka” yaitu :

  1. Menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid
  2. Menggali potensi pada diri murid baik (bakat,minat,cara belajar dan lain-lain) dan lain lain sesuai dengan kodrat zaman (perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman itu)
  3. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan bermakna
  4. Menumbuhkan motivasi intrinsik siswa 

Setelah mengetahui peran kita sebagai guru maka kita bisa mengambil langkah konkret dalam menerapkan pendekatan IA model BAGJA ini antara lain 

  1. Memahami kekuatan kekuatan positif sekolah yang sudah ada
  2. Menyusun visi sekolah sesuai dengaan pendekatan Inkuiri Apresiatif
  3. Menginventarisir kendala kendala yang muncul dan mencari solusi secara bersama sama dan mengedepankan musyawarah
  4. Bekerja sama dengan antar pemangku kepentingan , dan melakukan perannya masing-masing dengan baik

5 (Lima) Kebutuhan Dasar Manusia 

Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.



Restitusi Sebuah Cara Menanamkan disiplin positif Pada Murid.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.

Ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya:

  1. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
  2. Restitusi memperbaiki hubungan
  3. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
  4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
  5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari Tindakan
  6. Restitusi diri adalah cara yang paling baik
  7. Restitusi fokus pada karakter bukan Tindakan
  8. Restitusi menguatkan
  9. Restitusi fokus pada solusi
  10. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya

Setiap kasus yang di hadapi sebaiknya menerapkan segitiga restitusi:


Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid.

Pembelajaran Diferensiasi ditujukan untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua siswa Langkah yang dapat di ambil adalah 

  1. Mengidentifikasi Keberagaman siswa dari bakat, kemampuan, preferensi, kecepatan berfikir dll
  2. Memberikan peLayanan terhadap ebutuhan murid (dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka)
  3. Learning Gap ( merespon karakteristik murid-murid yang beragam)
  4. Dalam Standar Kompetensi Lulusan tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan semaksimal mungkin.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah: 

Kesiapan belajar murid (readiness)

6 dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson: Bersifat mendasar-Bersifat transformative; Konkret – Abstrak; Sederhana – Kompleks; Terstruktur - Terbuka (Open Ended); Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent); Lambat – Cepat

Minat murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif : minat situasional dan minat individu.

Profil belajar murid

Profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien.

Faktor Profil belajar murid: Preferensi terhadap lingkungan belajar; Pengaruh Budaya; Preferensi gaya belajar; Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences)


Kesiapan belajar (readiness) murid Minat murid Profil belajar murid Kinerja siswa akan lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Tugas-tugas tersebut akan memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman

Belajar terbaik bagi mereka.murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut.

CIRI-CIRI/ KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

  1. Bersifat proaktif
  2. Lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif.
  3. Berakar pada penilaian.
  4. Menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk
  5. Berpusat pada murid.
  6. Perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual.
  7. Bersifat "organik" dan dinamis

 

Contoh Pembelajaran berdiferensiasi:

Ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengekploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid mengerti dan memiliki informasi atau ide serta guru memberikan beragam pilihan dimana murid dapat mendemontrasikan apa yang mereka pelajari.

 

Contoh yang bukan Pembelajaran berdiferensiasi:

Guru memaksakan kehendak sendiri.Guru tidak memahami minat dan keinginan murid. Kebutuhan belajar murid tidak sepenuhnya terpemuni karena guru hanya memiliki satu cara yang dianggap sudah baik. Tidak ada pilihan kegiatan sehingga pembelajaran sudah tidak menyenangkan dan membosankan.